Biar Nggak Bosan, Ini 5 Tips Kenalkan Huruf Hijaiyah Pada Anak

Huruf Hijaiyah

Pernah nggak sih Ayah Bunda membayangkan kelak anak-anaknya bisa jadi qari keren seperti Syakir Daulay atau Muzammil Hasballah, yang mampu melantunkan bacaan Al-Qur’an dengan merdu dan tartil? Pasti membanggakan sekali, ya. Nah, semua itu harus diawali dengan mengenalkan huruf hijaiyah atau aksara Arab kepada mereka, lho.   Ya, seperti yang kita tahu, Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang ditulis dengan bahasa Arab. Jadi, untuk bisa membaca maupun menghafalkannya, kita harus memahami dasar-dasar bahasa Arab. Hal tersebut perlu dimulai dengan mengenal huruf-hurufnya. Nah, mengenalkan huruf Arab bagi si kecil memang gampang-gampang susah. Namun, jangan khawatir, BunMin punya beberapa tips jitu, nih. Yuk coba dipraktikkan!   1. Kenalkan Huruf Menggunakan Nada dan Irama   Untuk anak usia dini, mempelajari hal-hal baru dengan metode nyanyian cukup efektif, lho. Termasuk dalam mempelajari abjad. Ayah Bunda tentu nggak asing sama lagu “ei, bi, ci, di, i, ef, ji…” (dan seterusnya), yang biasa digunakan untuk menghafal abjad dalam bahasa Inggris, kan? Metode serupa juga bisa digunakan untuk mengenal huruf hijaiyah.   Jadi, dalam mengenalkan huruf Arab, Ayah Bunda bisa menyebutkan nama-nama huruf dengan nada, irama, dan penggalan tertentu, tidak datar. Misalnya menggunakan lagu “ei, bi, ci” versi Inggris, tetapi liriknya diganti nama abjad Arab. Pasti anak-anak akan lebih semangat untuk menghafal.   2. Berikan Ilustrasi Gambaran Bentuk Huruf Hijaiyah   Jumlah huruf Arab itu ada 30, dan semuanya memiliki bentuk yang berbeda. Nah, supaya Anak cepat menghafal bentuk-bentuk huruf tersebut, cobalah untuk memberikan ilustrasi dengan objek yang mirip.   Misalnya, Ayah Bunda mengenalkan huruf “Alif”, berikan gambaran kalau bentuk “Alif” mirip tongkat yang berdiri tegak. Begitu pun dengan huruf lainnya. Huruf “Ba, Ta’, Tsa’” mirip piring dengan jumlah titik berbeda, huruf “Jim, Kha’, Kho’” mirip angka 2 yang dibalik, dan seterusnya.   3. Gunakan Media Audio Visual   Trik ini merupakan pengembangan dari trik pertama dan kedua. Ayah Bunda bisa memanfaatkan video-video murrotal (bacaan Al-Qur’an) untuk mengenalkan huruf hijaiyah pada Anak.    Meski tidak secara spesifik mengulang nama-nama huruf Arab, tetapi cara ini juga cukup efektif. Apalagi pelafalan huruf Arab ketika sudah mendapat harakat memang beda dengan nama aslinya. Cara ini penting dilakukan supaya Anak terbiasa dengan bacaan Al-Qur’an. Di samping itu, trik ini juga bisa dijalankan dengan memberi flash card huruf Arab pada anak-anak. Biasanya, flash card identik dengan kartu bergambar warna-warni. Media visual seperti ini cukup menarik perhatian Anak, sehingga mereka akan lebih tertarik belajar.   4. Ajak Anak Memahami Huruf Hijaiyah dengan Istilah Unik   Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa pelafalan huruf Arab akan berbeda dengan aslinya ketika sudah mendapat harakat, maka trik ini akan cukup efektif jika diterapkan. Harakat bisa dimaknai sebagai atribut untuk huruf Arab supaya bisa dibaca. Ada beberapa jenisnya, seperti fatah berbunyi a, kasrah berbunyi i, damah berbunyi u, dan sebagainya. Ayah Bunda tentu familier dengan cara menghafal nama warna pelangi, kan? “Me-ji-ku-hi-bi-ni-u” masing-masing mewakili suku kata pertama nama warna pelangi.   Hal tersebut bisa diterapkan pada pengenalan huruf Arab dengan harakat. Misal, Alif fatah dibaca a, kita bisa menggantinya dengan kata “apel”. Ba’ kasrah dibaca bi, bisa kita ganti dengan “bibir”, dan sebagainya. Cara ini, selain seru, juga membuat anak lebih cepat mengingat cara pelafalan huruf-huruf tersebut.   5. Gunakan Media Cetak dan Alat Tulis yang Menunjang Terakhir, Ayah Bunda bisa menggunakan media buku atau majalah anak untuk melatih kemampuan menulisnya. Sebagai contoh, Anak bisa diajak untuk mewarnai atau menebalkan aksara Arab, bisa juga dengan menulis huruf Arab yang sama seperti contoh. Langkah ini akan menguatkan ingatan Anak pada bentuk-bentuk huruf Arab.   Gimana, Ayah Bunda, seru kan mempelajari huruf-huruf Arab dengan si kecil? Nah, agar si kecil lebih semangat belajar, Ayah Bunda juga bisa memanfaatkan platform belajar online Sekolah.mu dengan mengambil kelas Living Qur’an, lho.   Di sini, Anak tidak hanya akan mempelajari huruf Arab dengan segala pernak-perniknya secara menyenangkan. Namun, mereka juga mendapat materi seru tentang Asmaul Husna, adab hidup sehari-hari secara islami, dan sebagainya. Oh ya, kelas ini bisa digunakan untuk anak usia PAUD hingga SD.   Jika Ayah Bunda termasuk orang tua sibuk yang tidak bisa menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam tips di atas, Living Qur’an dari Sekolah.mu ini bisa menjadi solusi paling jitu untuk mengenalkan huruf hijaiyah pada Anak.

Belajar Bahasa Asing di Usia Dini: Ini Manfaatnya!

Belajar Bahasa Asing

Ayah Bunda ingin Anak belajar bahasa asing di usia dini? Kenapa tidak, Ayah Bunda? Mengajarkan bahasa asing kepada Anak di usia dini gapapa kok. Terlebih lagi bahasa asing merupakan salah satu modal untuk meraih kesuksesan di era globalisasi. Yuk kita simak apa saja manfaatnya.   Melatih Daya Ingat dan Konsentrasi   Ketika mempelajari bahasa asing, tentunya Anak akan dihadapkan dengan berbagai kosakata dan pola tata Bahasa. Mau tidak mau, kita harus menghafal. Agar bisa menghafal, tentunya perlu konsentrasi penuh.   Dengan menghafalkan berbagai kosakata baru, Anak akan terlatih untuk mengasah daya ingatnya. Hal ini bisa dia terapkan untuk berbagai pelajaran lain di sekolah maupun kehidupan sehari-hari. Penguasaan bahasa asing juga mampu meningkatkan kerja otak. Studi terbaru dari Michigan State University menyatakan bahwa mempelajari bahasa asing bisa mengurangi risiko penyakit Alzheimer.   Mengasah Kreativitas Anak   Mempelajari bahasa asing tentunya mengasah kemampuan anak untuk menguasai banyak kosakata dan memilihnya secara tepat untuk membuat kalimat. Logikanya akan terasah dan ia akan tertantang untuk bereksperimen dengan kata-kata yang dia kuasai untuk membuat kalimat. Kemampuan verbal ini dapat dijadikan modal untuk berkarya, misalnya untuk menulis atau public speaking.   Melatih Anak untuk Berpikir Kritis   Menghadapi hal yang baru tentunya mengajak anak untuk menganalisis, kemudian memahaminya. Setelah memahami sesuatu, barulah Anak akan membuat rencana untuk mengambil tindakan. Tidak terkecuali hal ini dilakukan terhadap bahasa asing. Anak juga akan bersikap mandiri karena mampu membuat keputusan untuk menggunakan kemampuan bahasanya.   Memudahkan Anak untuk Belajar Bahasa Asing Lainnya   Ketika anak mempelajari bahasa asing setelah menguasai satu bahasa ibu, Anak akan paham bahwa setiap bahasa punya pola tertentu. Baik sistem pembentukan kata, penggunaan imbuhan, pola kalimat, maupun idiom. Dengan memahami bahwa setiap bahasa itu punya pola, Anak akan paham bahwa ketika mempelajari bahasa asing, yang menjadi dasar ialah polanya.    Mengajarkan Anak untuk Berpikiran Terbuka   Sebagai bahan pembelajaran bahasa asing, Ayah Bunda bisa menggunakan buku, lagu, video pendek, atau film. Dalam media-media tersebut, Anak pastinya menjumpai gambaran kehidupan masyarakat yang berbeda dari yang dijumpainya sehari-hari. Dari sini, Ayah Bunda bisa sekaligus menyampaikan konsep keberagaman kepada Anak.   Misalnya, ketika membaca buku, Ayah dan Bunda bersama Anak mendapati cerita tentang keluarga di Amerika yang berkulit putih dan berambut pirang. Ayah Bunda bisa menjelaskan kepada Anak bahwa penampilan fisik manusia di dunia ini beragam. Ada berbagai warna kulit dan rambut, tetapi semua sama-sama manusia yang harus dihargai. Dengan demikian, Ayah Bunda bisa mengajarkan anak untuk tidak berpikir rasis.   Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak   Percaya diri merupakan modal dasar mempelajari bahasa asing. Bagaimanapun juga, bahasa asing merupakan hal baru sehingga untuk menghadapi berbagai permasalahan yang baru, diperlukan keyakinan untuk mengatasinya. Ketika Anak bisa menguasai hal-hal baru dalam bahasa yang dipelajarinya, rasa bangga atas dirinya sendiri pun akan meningkat. Anak akan ngerasa bahwa dirinya berharga.   Rasa percaya diri ini juga diasah ketika Anak mempraktikkan kemampuan berbahasa, terutama ketika dia harus nulis dan berbicara. Entah benar atau salah tata bahasanya, yang terpenting anak berani untuk mengungkapkan pikirannya secara tertulis maupun lisan. Masalah tata bahasa atau pronunciation bisa dikoreksi kalau Anak udah nyaman berekspresi.   Mendukung Skill Akademik   Yang tidak boleh terlewatkan, tentunya penguasaan bahasa asing akan mendukung proses pembelajaran di sekolah. Bagaimanapun juga kemampuan verbal dan logika merupakan dua di antara berbagai modal dasar bagi Anak untuk mempelajari berbagai hal dalam kehidupan. Terutama bagi Ayah Bunda yang berencana menyekolahkan Anak di sekolah dengan pengantar bahasa asing, mengajarkan bahasa asing di usia dini akan membantunya untuk beradaptasi dengan pelajaran di sekolah.   Baiknya Anak belajar bahasa asing apa dulu, ya, Ayah Bunda? disarankan dimulai dengan bahasa Inggris karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang penggunaannya paling luas di dunia. Ini bisa jadi Kalau Ayah Bunda bingung mau memilih metode apa untuk mengajarkan bahasa asing, coba yuk berkunjung ke Sekolah.mu. Di sana ada Living English yang menyediakan Kelas bagi Anak PAUD dan SD.   Dengan pembelajaran berkurikulum Cambridge, Anak akan belajar Bahasa Inggris dengan metode yang interaktif dan relevan dengan keseharian. Yuk, Ayah Bunda, antarkan Anak menuju sukses di masa depan.

7 Cara Agar Kegiatan Belajar Mengaji Anak Jadi Menyenangkan

Belajar Mengaji Anak

Di era serba digital seperti sekarang, kegiatan belajar mengaji Anak sudah mulai sepi peminat. Anak-anak jauh lebih senang berinteraksi dengan gadget dibanding Al-Qur’an. Sungguh, ini suatu kondisi yang sangat miris.   Sebagai umat Muslim, sudah sewajarnya kita bisa membaca Al-Qur’an sekaligus memahami isinya. Hal ini karena Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang bisa menuntun kita ke jalan yang lurus.   Nah, belajar membaca Al-Qur’an sebaiknya diajarkan sejak Anak masih belia. Namun, hal tersebut bukan upaya yang mudah dilakukan. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi orang tua seiring perkembangan zaman.   Oleh sebab itu, Ayah Bunda perlu kiat khusus agar bisa mengajak Anak belajar membaca Al-Qur’an. Berikut ini sudah MinBun siapkan beberapa cara yang bisa dicoba agar kegiatan belajar mengaji Anak senantiasa menyenangkan.   1. Sediakan Tempat yang Nyaman untuk Anak   Cara pertama ini tampak sepele dan sering diabaikan, tetapi sebenarnya merupakan hal yang sangat urgen. Supaya anak betah mempelajari sesuatu, Ayah Bunda harus mengajaknya belajar di tempat yang nyaman.   Misalnya, Ayah Bunda bisa menghias tempat belajar dengan berbagai pernak-pernik favorit anak, seperti menempel gambar binatang maupun buah-buahan. Di samping itu, Ayah Bunda juga bisa menempel poster-poster huruf hijaiyah supaya Anak terbiasa dengan berbagai bentuk huruf Arab tersebut.   2. Berikan Camilan Favorit Anak   Agar anak-anak mau mempelajari sesuatu, Ayah Bunda perlu memberikan beberapa pancingan yang dapat menarik minat mereka. Salah satunya adalah dengan memberi makanan dan minuman.   Menyediakan berbagai camilan favorit saat belajar mengaji anak akan membuat mereka betah berlama-lama untuk belajar. Sebab, saat tiba-tiba anak merasa bosan, camilan yang ada bisa kembali memantik semangat. Kegiatan belajar pun akan terasa jauh lebih menyenangkan.   3. Ajak Teman-temannya untuk Belajar Bersama   Anak-anak cenderung akan lebih bersemangat jika berkumpul bersama teman-temannya. Maka, Ayah Bunda bisa memanfaatkan keadaan ini untuk mengajari anak membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Ajak teman-temannya belajar bersama.   Di awal, hal ini tampaknya akan sulit dilakukan. Mengingat semakin banyak anak, pasti akan membuat kondisi menjadi kurang kondusif. Namun, setidaknya kondisi ini akan membuat anak merasa nyaman belajar, sehingga sedikit demi sedikit mereka akan semakin lancar membaca Al-Qur’an.   4. Dampingi Anak Saat Belajar Mengaji   Ketika belajar, anak-anak sangat membutuhkan pendampingan dari orang dewasa. Termasuk dalam kegiatan belajar mengaji Anak. Di sini peran Ayah Bunda sangat diperlukan agar anak-anak senantiasa memiliki teladan yang bisa dicontoh.   Bayangkan, jika Anak dibiarkan untuk belajar sendirian. Ketika ia mengalami kesulitan, siapa yang mampu membantunya? Jika seperti ini, sudah pasti anak-anak akan cepat bosan.   5. Berikan Anak Penghargaan Saat Mengalami Perkembangan   Sistem reward and punishment alias pemberian hadiah dan hukuman dalam proses belajar masih cukup efektif untuk dilakukan. Terutama bagi anak-anak.   Oleh sebab itu, dalam aktivitas belajar mengaji Anak, setiap kali ia mengalami perkembangan yang positif, Ayah Bunda bisa memberikan hadiah kepadanya. Tidak perlu sesuatu yang mewah atau muluk-muluk, sekadar memasakkan makanan favoritnya pun sudah cukup.   Di sisi lain, jika Anak melanggar aturan belajar yang ditetapkan, Ayah Bunda juga bisa memberikan hukuman. Hal ini demi melatih Anak agar senantiasa disiplin. Namun, perlu digarisbawahi bahwa hukumannya harus mendidik dan tidak membuat Anak trauma ya.   6. Kenalkan dengan Manfaat Membaca Al-Qur’an   Memberi tau manfaat atas sesuatu yang sedang dipelajari akan membuat seseorang kian semangat belajar. Pun saat anak-anak belajar membaca Al-Qur’an, Ayah Bunda bisa mengenalkan mereka dengan manfaat membaca Al-Qur’an.   Jelaskan tentang berbagai keutamaan membaca Al-Qur’an, seperti mendapatkan banyak pahala, mendapat petunjuk hidup, atau kelak Al-Qur’an bisa menjadi penyelamat saat di Akhirat, dan sebagainya. Tentu Ayah Bunda harus kreatif dalam memberikan penjelasan ini, supaya anak bisa memahami dengan baik.   7. Lengkapi Segala Fasilitas yang Dibutuhkan   Kegiatan belajar mengaji Anak akan berjalan semakin efektif jika segala fasilitas yang dibutuhkan tersedia. Segala fasilitas yang dimaksud misalnya Al-Qur’an, buku Iqra, video-video belajar membaca Al-Qur’an, buku-buku belajar membaca Al-Qur’an, berbagai alat tulis, dan sebagainya.   Di samping itu, Ayah Bunda juga bisa mendaftarkan anak ke dalam kelas Living Qur’an di platform belajar online Sekolah.mu. Di sini, anak akan mendapat tutor yang tepat untuk belajar mengaji sesuai dengan usia mereka, mulai dari tingkat PAUD hingga SD.   Nggak cuma itu, kelas ini juga dijalankan dengan sistem yang menyenangkan. Sehingga nggak akan membuat si kecil cepat bosan. Jadi, tunggu apa lagi nih, Ayah Bunda? Kalau mau menciptakan suasana belajar mengaji anak yang menyenangkan, ya cuma di kelas Living Qur’an solusinya.

Metode Efektif Belajar Calistung Berdasar Usia Anak

Belajar Calistung

Menurut Profesor Psikologi dari University of Califonia, Ross A. Thompson, Ph.D., sebagaimana dilansir situs WebMD, tidak ada tolok ukur usia yang pasti bagi anak-anak untuk mulai belajar calistung. Setiap Anak memiliki waktunya masing-masing, bergantung banyak faktor.   Situs USNews pun mengungkapkan hal senada. Banyak Anak yang baru mulai belajar membaca pada usia enam sampai tujuh tahun, tetapi tidak sedikit yang sudah memulainya sejak berusia tiga tahun, bahkan lebih cepat.   Nah, kalau Ayah Bunda sendiri, kira-kira ingin mulai mengajarkan calistung pada si kecil sejak kapan? Apakah sejak sedini mungkin, atau menunggu hingga Anak merasa siap? Jangan bingung, ya, sebab semuanya bisa dilakukan, yang penting tidak ada unsur pemaksaan pada Anak.   Mengenal Pengertian Calistung   Ngomong-ngomong soal belajar calistung, sebelumnya apakah Ayah Bunda sudah tahu apa itu calistung? Tentu sudah, ya. Meski begitu, mari kita ingat kembali apa yang dimaksud dengan calistung. Barangkali ada di antara Ayah Bunda yang sudah lupa.   Calistung adalah akronim dari baca, tulis, dan berhitung. Ketiga hal ini merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki seseorang supaya ia bisa mempelajari hal lainnya lebih mudah. Misalnya di bangku sekolah, anak-anak harus bisa membaca, menulis, juga berhitung dahulu supaya bisa mempelajari berbagai materi lanjutan.   Belajar Calistung Berdasar Usia Anak   Jika Ayah Bunda berencana mengajarkan calistung pada Anak sejak dini, ada beberapa metode yang bisa diterapkan. Metode-metode ini didasarkan pada usia Anak, sehingga akan lebih efektif dan nggak akan membuat Anak tertekan.   Usia Tingkat PAUD   Pembelajaran calistung pada Anak usia PAUD masih sangat sederhana. Untuk membaca, Ayah Bunda bisa mengenalkan abjad melalui lagu-lagu interaktif yang membuatnya semangat. Di samping itu, Ayah Bunda juga bisa mengenalkan nama-nama berbagai benda.   Untuk pelajaran menulis, Anak bisa diajari cara memegang alat tulis dan membuat berbagai jenis garis. Sementara untuk berhitung, metode bernyanyi cukup efektif untuk dilakukan.   Usia Tingkat TK A   Belajar calistung untuk Anak TK A sudah lebih kompleks dibanding Anak PAUD. Namun, tetap sederhana. Untuk membaca, Anak bisa mulai diajari tentang bentuk huruf, meliputi perbedaan huruf kapital dan huruf kecil.   Untuk menulis, jika Anak PAUD baru belajar membuat garis sesuka hati mereka, Anak TK A mulai diarahkan agar membuat garis rapi dan terarah. Ayah Bunda bisa memanfaatkan teknik dot to dot atau meminta Anak menghubungkan beberapa titik menjadi garis.   Untuk berhitung, mulai kenalkan Anak dengan hitungan satu sampai lima. Lalu, ajak mereka praktik dengan menghitung benda-benda di sekitarnya, seperti mainan, buah, jari, dan sebagainya.   Usia Tingkat TK B   Anak-anak di usia TK B sudah bisa mulai diajarkan mengeja kosakata. Misalnya “b-u, bu, d-i, di… budi.” Lakukan hal ini secara bertahap, dari kata yang mudah, sampai yang sulit seperti kata dengan akhiran huruf konsonan.   Untuk menulis, Anak TK B bisa mulai diarahkan untuk membuat tulisan seperti yang dicontohkan. Misalnya Ayah Bunda menulis “Budi”, lalu minta Anak menulis kata yang sama sebanyak beberapa kali.   Sementara untuk pelajaran berhitung, Anak TK B sudah bisa mulai diajari operasi hitung bilangan sederhana. Dalam hal ini sistem penjumlahan dan pengurangan. Ayah Bunda bisa memanfaatkan benda-benda di sekitar Anak untuk mengenalkan hal ini.   Usia Tingkat SD   Ketika Anak sudah memasuki usia SD, kegiatan belajar calistung sudah menjadi sarana untuk memahami hal-hal lain yang lebih kompleks. Di sini Ayah Bunda tidak sekadar mengajarkan baca, tulis, dan berhitung pada Anak, tetapi juga membuat mereka mampu memahami apa yang dibaca, ditulis, juga dihitung.   Misalnya, Anak membaca kalimat, maka ia harus bisa menjelaskan apa yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Begitu pun saat Anak belajar menulis dan berhitung, Anak harus bisa menjelaskan apa yang ditulis, juga  memahami konsep berhitung dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat membayar ketika jajan.   Gimana, Ayah Bunda, ternyata ada banyak ya, metode yang bisa digunakan untuk belajar baca, tulis, dan berhitung? Jadi, jangan sampai salah metode ya. Anak-anak harus mendapat pelajaran sesuai usianya, lho.   Nah, khusus Ayah Bunda yang ingin si kecil lebih mahir dalam bidang hitung-menghitung atau matematika, ada kelas seru Living Math yang bisa dicoba di platform Sekolah.mu.   Kelas Living Math bisa diikuti oleh anak-anak dari usia PAUD hingga SD. Materi yang diberikan para tutor pun sangat menarik, detail, dan sesuai dengan perkembangan usia Anak. Dijamin anak nggak akan bosan belajar calistung, khususnya berhitung.

Takut Belajar Matematika? Coba 7 Metode Menyenangkan Ini!

Belajar Matematika

Ayah Bunda punya keluhan Anak takut dengan pelajaran matematika? Pastinya Ayah Bunda khawatir mereka tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Gapapa, Ayah Bunda. Bagaimanapun kemampuan numerik merupakan salah satu kemampuan dasar manusia.   Ayah Bunda sebaiknya mencari tahu apa penyebab Anak tidak suka dengan pelajaran matematika. Jangan-jangan metode yang digunakan tidak menarik bagi anak sehingga ia tidak suka. Yuk kita ketahui cara belajar matematika yang menyenangkan untuk anak!   Menggunakan Sempoa   Sempoa merupakan alat bantu belajar matematika yang sudah ada sejak zaman dahulu. Diperkirakan sudah digunakan pada masa kuno peradaban-peradaban besar dunia, seperti Babilonia dan Tiongkok. Alat ini sering kali digunakan penyandang tunanetra karena dapat digunakan dengan mengandalkan indra peraba dan intuisi.   Ada beberapa tipe sempoa, yakni sistem 10, 1-4, dan 2-6. Untuk mengajarkan matematika untuk anak TK, Ayah Bunda bisa menggunakan sempoa sistem 10. Sempoa ini terdiri atas 10 baris yang masing-masing memuat 10 manik-manik. Sempoa ini sudah memadai untuk belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan sederhana.   Bernyanyi   Menyanyi bisa menjadi metode yang memudahkan Anak untuk mengingat materi pelajar. Ayah Bunda bisa memilih lagu yang jadi favorit Anak. Setelah itu, liriknya bisa diganti dengan beberapa materi dalam matematika. Misalnya, rumus luas bangun datar, satuan panjang, perkalian, dsb.    Bermain Peran   Bermain peran tentunya sering dilakukan Anak ketika bermain. Ayah Bunda bisa memanfaatkan waktu bersama Anak dengan menyelipkan beberapa materi sederhana dalam matematika. Misalnya, ketika Anak sedang bermain masak-masakan, Ayah Bunda bisa mengajak mereka untuk membagi bola atau manik-manik yang diumpamakan sebagai bakso. Kemudian manik-manik itu dibagi dalam jumlah yang sama ke dalam beberapa piring.   Ayah Bunda juga bisa menyelipkan materi yang lebih kompleks ketika bermain jual-beli. Permainan ini akan mengasah kemampuan anak dalam perkalian dan penjumlah ketika menghitung jumlah barang dan harga yang harus dibayar. Setelah itu, Anak akan diajak untuk memahami pengurangan ketika menghitung selisih harga barang dan uang yang dibayarkan.   Membaca Buku Membaca buku bersama Anak bisa jadi hal yang menyenangkan serta meningkatkan kedekatan Ayah Bunda. Ayah Bunda bisa memilih buku yang bergambar dan full color. Sambil membaca cerita, Ayah Bunda bisa sesekali membahas gambar yang ada dalam buku. Kemudian, ajarkan matematika untuk anak TK dengan mengajak anak menghitung benda-benda yang ditunjukkan dalam gambar atau mengenali bangun datar yang ada di dalamnya.   Menggunakan Flash Card   Ayah Bunda pernah menggunakan flash card untuk belajar bahasa asing? Modifikasilah flash card yang biasa digunakan untuk menghafal kosakata atau rumus tata bahasa itu untuk menghafal konsep dalam matematika. Kartu itu bisa diisi berbagai rumus sederhana dalam matematika. Karena lebih mudah dilihat daripada di buku, harapannya Anak jadi lebih mudah mengingatnya.   Menggunakan “Jembatan Keledai”   Jika menghafal merupakan hal yang sulit bagi Anak, Ayah Bunda bisa membuat “jembatan keledai” untuk mereka. “Jembatan keledai” ini dibuat dengan membuat kode-kode tertentu, kemudian menyusunnya agar lebih mudah dihafal. Misalnya, untuk menghafalkan satuan berat (kg, hg, dag, g, dg, cg, mg), Ayah Bunda bisa menyusunnya menjadi Kuda-Hitam-Dalam-Garasi-Desi-Cari-Makan.   Menerapkannya dalam Kehidupan Sehari-hari   Selain lewat permainan, Ayah Bunda juga bisa mengajak Anak belajar sambil menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika Anak diajak berjalan-jalan di bangunan bersejarah, Ayah Bunda bisa mengajaknya untuk menyebutkan jenis-jenis bangun datar yang ada di bangunan tersebut. Setelah itu, ajak Anak untuk mengingat-ingat rumus menghitung luasnya.   Aktivitas belanja juga dapat dijadikan aktivitas belajar yang seru. Ayah Bunda bisa mengajak anak menghitung jumlah buah yang dibeli, membandingkan harga, menghitung total pembayaran, dan uang kembalian.    Untuk menjelaskan satuan berat, Ayah Bunda bisa mengajak Anak membuat kue. Anak akan mengenali alat ukur beserta satuan berat ketika menimbang bahan-bahan kue. Kemudian, Ayah Bunda bisa mengajak Anak memahami konsep pecahan ketika membagi kue menjadi beberapa bagian.   Selain metode-metode yang sudah disampaikan, Ayah Bunda bisa mengakses sekolah.mu yang salah satu produknya Living Math. Living Math mengajak Anak untuk bersahabat dengan angka ditemani tutor yang kompeten. Tersedia kelas untuk jenjang PAUD dan SD. Yuk, ajak Anak belajar matematika dengan cara yang seru bersama Living Math dari sekolah.mu!